Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Rabu, 11 Maret 2009

Imam Al-Ghazali

Diposting oleh perintis_muda


Imam Al - Ghazali
Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad, dilahirkan pada tahun 450 H/ 1059 di Thus daerah Khurasan. Ia dikenal dengan Al - Ghazali karena ayahnya pemintal tenun wol atau karena ia berasal dari desa Ghazalah. Beliau wafat pada tahun 505 H / 1111.
Pendidikannya dimulai didaerahnya yaitu belajar kepada Ahmad Ibnu Muhammad al - Razkani al - Thusi, setelah itu pindah ke Jurjan ke pendidikan yang dipimpin oleh Abu Nash al-Ismaili mempelajari semua bidang agama dan bahasa, setelah tamat kembali ke Thus belajar tasawuf dengan Syekh Yusuf al - Nassaj (wafat 487 H) , kemudian ke Nisyapur belajar kepada Abul Ma'al al-Juwaini yang bergelar Imam al - Haramain dan melanjutkan pelajaran Tasawuf kepada Syekh Abu Ali al - Fadhl Ibnu Muhammad Ibnu Ali al - Farmadi, dan ia mulai mengajar dan menulis dalam Ilmu Fiqh.
Setelah Imam al - Juwaini wafat ia pindah ke Mu'askar mengikuti berbagai forum diskusi dan seminar kalangan ulama dan intelektual dan dengan segala kecermelangannya membawanya menjadi guru besar di perguruan Nidzamiyah di Baghdad pada tahun 484 H, disamping memberikan kuliah, ia juga mengkaji filsafat Yunani dan filsafat Islam. Kecermelangan, keharuman namanya dan kesenangan duniawi yang melimpah ruah di Baghdad melebihi ketika ia di Mu'askar, dikota ini ia sakit dan secara tiba-tiba meninggalkan Baghdad mengundurkan diri dari kegemerlapan duniawi tersebut.
Mulai th 488 H/ 1095 ia ke Damaskus. di Masjid Umawi ia ber'itiqaf dan berzikir dipuncak menara sebelah barat sepanjang hari dengan makan dan minum yang terbatas. Ia memasuki suluk sufi dengan riyadhah dan mujahadah terus menerus seperti itu selama 2 tahun di Damaskus. Setelah itu pergi ke Baitul Maqdis di Palestina, setiap hari ia masuk Qubbah Shahrah untuk berzikir, ia juga ke al - Khalil berziarah ke makam Nabi Ibrahim as. Setelah dari Palestina, ia melaksanakan ibadah haji di Mekkah dan berziarah ke makam Rasullulah di Madinah.
Ia pernah kembali ke Baghdad untuk mengajar di Perguruan Nidzamiyah Baghdad, namum tidak berapa lama kemudian kembali ke Thus dan mendirikan khanaqah untuk para sufi dan mendirikan madrasah untuk mengajar ilmu Tasawuf.

Himpunan Mahasiswa Islam

Diposting oleh perintis_muda


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta.
HMI merupakan organisasi independen yang mempunyai tujuan: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.

SAPMA PP

Diposting oleh perintis_muda



SAPMA PP merupakan wadah kaderisasi Pemuda Pancasila pada tataran pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Persyaratan untuk dapat menjadi anggota SAPMA PP ialah pelajar atau mahasiswa. Dalam prosesnya, setiap anggota diwajibkan mengikuti masa orientasi yang disebut OPOR. Di situlah para calon anggota dibekali dengan berbagai wawasan terkait Pemuda Pancasila.

Di Jawa Barat sendiri, lembaga ini berdiri sejak 1991. Pada tahun 1993 hingga Konferensi Wilayah SAPMA PP Jabar 2008 jabatan ketua dipegang oleh Dian Rahadian, yang juga merupakan ketua KNPI Jawa Barat. Pada periode 2008-2013, jabatan ketua SAPMA PP Jabar berada di pundak Nuke Nugraha.
Meski lembaga ini bertajuk pelajar dan mahasiswa, kabarnya ketua baru saat ini tidak lagi tercatat sebagai mahasiswa atau pelajar. “Ketua SAPMA terpilih bukan mahasiswa, juga bukan pelajar,” ujar Rezaril yang kini masih tercatat sebagai mahasiswa pada dua fakultas dari salah satu universitas negeri di Bandung.

STMT Trisakti.

Diposting oleh perintis_muda



STMT Trisakti adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta di bawah Yayasan Trisakti. STMT Trisakti berlokasi di Jalan IPN nomor 2, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, 13410. Telp. (021) 851 6050 (hunting), Fax. (021) 856 9340.
T

ahun 1970 STMT Trisakti dikenal dengan nama Akademi Angkutan Udara Niaga (AAUN) Trisakti. Kemudian dengan Keputusan Mendikbud No.0332/O/1985 tanggal 27 Juli 1985 berubah menjadi Akademi Administrasi Udara Niaga Trisakti.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Mendikbud No.0860/O/1986 tanggal 6 Desember 1986, status dan nama lembaga ini ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti disingkat STMT Trisakti.

Ketika itu STMT Trisakti mengelola 2 (dua) Jenjang Pendidikan, yaitu:
a. Jenjang Pendidikan D.III
b. Jenjang Pendidikan D.IV

Tahun 1986, STMT Trisakti memperoleh izin dari DIKTI untuk menyelenggarakan Jenjang Pendidikan Diploma IV untuk Program Studi Manajemen Transpor Darat (D.IV MTD), berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor : 0895 / O / 1986 tanggal 29 Desember 1986.

Pondok Pesantren Darunnajah.

Diposting oleh perintis_muda



K.H.ABDUL MANAF MUKHAYYAR

SEKILAS PERJUANGAN BELIAU

Setelah menikah K.H. Abdul Manaf Muhayyar muda pergi belajar ke berbagai tempat untuk mencari guru-guru baru dan terus berusaha untuk mendalami ilmu pengetahuan. Diantara gurunya saat itu adalah Kyai Zakariya dari Lampung dan Kyai Siddiq dari Bendungan Hilir. Setelah lama menimba ilmu dan pengalaman, beliaupun akhirnya terinspirasi untuk merintis/ membangun sebuah madrasah. Pada mulanya beliau mebangun madarasah di kawasan Palmerah yaitu diatas tanah seluas 500 m2, namun setelah berjalan 1 tahun lamanya madrasah ini digusur oleh pemerintah.

Hal itu tak menjadikannya putus asa dalam berjuang, melainkan semakin mengobarkan semangat dalam hatinya. Bahkan setelah penggusuran beliau menjual sebagian harta benda serta perhiasan istrinya untuk membeli lahan tanah seluas 7 ha yang berlokasi di kawasan Ulujami Tangerang Jawa Barat (Darunnajah sekarang).

Bersamaan dengan itu, dipersiapkan kader yang dimulai dari anak-anaknya sendiri, dimulai dari Saifuddin Arif dikirim ke gontor tahun 1961.Perjuangan tidak berhenti sampai disini, pada tahun 1965 datanglah seorang pemuda alumni Pondok Modern Gontor asal Cirebon yaitu yang sekarang dikenal dengan KH. Mahrus Amin. Seterusnya beliau tinggal bersama Kyai Manaf untuk kemudian bersama-sama berjuang merintis pesantren Darunnajah. Pada awal mulanya Darunnajah hanya memiliki sebuah surau kecil dan dihuni oleh 3 orang santri. Tahun berikutnya bertambah menjadi 9 orang santri, makin lama santripun semakin banyak hingga akhirnya dibangunlah 3 unit gedung madrasah atas bantuan dari Gubernur DKI saat itu (Ali Sadikin).

Dalam merintis pesantren tidak sedikit rintangan dan cobaan yang harus dihadapinya. Termasuk diantaranya ialah menghadapi orang-orang yang tidak senang dengan kehadiran pesantren Darunnajah. Bahkan beliau bersama K.H.Mahrus Amin sempat pula diusir dari daerah Ulujami. Semua itu tidak membuat Kyai Manaf pesimis dengan cita-cita luhurnya untuk terus mengembangkan pesantren. Karena dia yakin betul bahwa jika kita berjuang di jalan Allah maka Allah pun akan selalu menolong kita.

Diantara langkah-langkah strategis yang dilakukannya dalam merintis pesantren yaitu berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah setempat, dan memohon restu serta do'a dari para Kyai.

ISTIQOMAH DALAM BERJUANG

Sebesar apapun rintangan yang kita hadapi akan terasa mudah untuk diselesaikan jika kita mempunyai tekad bulat dan mampu beristiqamah. Demikian pesan yang disampaikan K.H.Abdul Manaf Mukhayyar ketika diwawancarai oleh reporter www.darunnajah.com. Wujud komitmen dan konsistensi mutlak dibutuhkan dalam perjuangan, hal inilah yang mengantarkan Abdul Manaf kecil menuju pintu kesuksesannya sebagaimana dulu yang beliau pernah cita-citakan yaitu untuk membangun pesantren.

Darunnajah merupakan monumen keberhasilannya dalam berjuang. Siapa pernah membayangkan Darunnajah yang dulunya hanya madrasah kecil bisa mencetak ribuan kader ummat Islam yang tersebar hampir diseluruh Nusantara? Bahkan kini sudah banyak berdiri pesantren-pesantren cabangnya sebagai upaya pengembangan Pendidikan ummat Islam.

Sampai sebelum akhir hayatnya beliau selalu menanamkan kepada para guru dan santri Darunnajah untuk selalu istiqamah dalam hidup terutamanya dalam shalat berjama'ah. Bahkan KH.Mahrus Amin (pimpinan pesantren) pernah berkata, bahwa kemajuan dan perkembangan Darunnajah berawal dari shalat berjama'ahnya.

Insya Allah

Wallaahu lam bisshowab

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami Jakarta Selatan

A. Periode Cikal Bakal (1942-1960)

Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.

B. Periode Rintisan (1961-1973)

Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.
Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.

C. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)

Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
1. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu sholat.
2. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM).
4. Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.


D. Periode Pengembangan (1987-1993)

Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan.
Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.

E. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)

Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia.

Ditahun 2007, Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu, Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.

Pondok Pesantren Annajah.

Diposting oleh perintis_muda




SEKILAS TENTANG
PONDOK PESANTREN ANNAJAH
Event tertembaknya bapak H.M.Yasin pada saat di satroni maling dimalam hari. Adalah asal mula sebuat niat tulus untuk mendirikan sebuah madrasah tsanawiah yang lebih besar dibandingkan dengan madrasah-madrasah lainnyayang terdapat di kecamatan Pebayuran di ujung timur kota Bekasi. Namun atas usulan seseorang yang dipoercayainya. H.M.yasin merubah niatnya dan berkeinginan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren.
Maka pada awal 1989, beliau mewakafkan sebidang tanah seluas 7Ha dan dipercayakannya tanah tersebut untuk dikelola oleh Drs.KH.Mahrus Amin untuk dijadikan sebuah Pondok Pesantren sebagai tempat untuk mencetak generasi-generasi muallim yang tangguh dan berkualitas.
Tepat pada tanggal 20 Mei 1989 bapak Drs.KH.Mahrus Amin dan bapak H.M.Yasin mengadakan rapat di kantor kecamatan Pebayuran yang dihadiri oleh bapak kepala KUA, tokoh-tokoh masyarakat dan segenap pegawai kecamatan Pebayuran serta bapak Letkol.Azharo Baedhowi Kasospol Jakarta Selatan. Menetapkan bahwa pada tanggal 20 Mei 1989 sebagai hari berdirinya Pondok Pesantren Annajah berketepatan dengan hari kebangkitan Nasional.
Mulai detik itu Annajah mulai berdiri dengan Misi sebagai penerus risalah nabi Muhammad SAW dan Visinya adalah untuk mencetak kader Ulama (Cendikiawan),Zu’ama (Leader), dan Agniya (Interpreneur).
Bie Perintis_muda